Monday, June 22, 2015

Sejarah masyarakat pakpak


          Diceritakan dalam Sejarah Pihak Pakpak maka asal mereka
adalah dari India Selatan yaitu dari Indika Tondal ke Muara
Tapus dekat Barus lalu berkembang di Tanah Pakpak dan
menjadi Suku Pakpak.Pada dasarnya mereka sudah
mempunyai marga sejak dari negeri asal namun kemudian
membentuk marga baru yang tidak jauh berbeda dengan
marga aslinya.Tidak semua Orang Pakpak berdiam di atas
Tanah Dairi namun mereka juga berdiaspora,meninggalkan
negerinya dan menetap di daerah baru.Sebagian tinggal di
Tanah Pakpak dan menajadi Suku Pakpak "Situkak

Rube:,"Sipungkah Kuta" dan "Sukut Ni Talun" di Tanah
Pakpak.Sebagian ada pergi merantau ke daerah
lain,membentuk komunitas baru.Dia tahu asalnya dari Pakpak
dan diakui bahwa Pakpak adalah sukunya namun sudah
menjadi marga di suku lain.Ada juga yang merantau lalu
mengganti Nama dan Marga dengan kata lain telah
mengganti identitasnya.Diceritakan bahwa Nenek Moyang
awal Pakpak adalah Kada dan Lona yang pergi meninggalkan
kampungnya di India lalu terdampar di Pantai Barus dan terus
masuk hingga ke Tanah Dairi,dari pernikahan mereka
mempunyai anak yang diberi nama HYANG.Hyang adalah
nama yang dikeramatkan di Pakpak.Hyang pun besar dan
kemudian menikah dengan Putri Raja Barus dan mempunyai 7
orang Putra dan 1 orang Putri yaitu :MahajiPerbaju
BigoRanggar JodiMpu BadaRaja PakoBataSanggarSuari
(Putri)Pada urutan ke 4 terdapat nama Mpu Bada,Mpu Bada
adalah yang terbesar dari pada saudara-saudaranya
semua,bahkan dari pihak Toba pun kadangkala mengklaim
bahwa Mpu Bada adalah Keturunan dari Parna dari marga
Sigalingging,gimana bisa?sedangkan pada sejarah sudah
jelas-jelas bahwa Mpu Bada adalah anak ke 4 dari
Hyang..makanya perlu hati-hati jika memperhatikan
pembalikan fakta sejarah yang sering dilakukan oleh Pihak
Toba dewasa ini.Anak Sulung,Mahaji mempunyai Kerajaan di
Banua Harhar yang mana saat ini dikenal dengan nama Hulu
Lae Kombih,Kecamatan Siempat Rube.Parbaju Bigo pergi ke
arah Timur dan membentuk Kerajaan Simbllo di Silaan,saat
ini dikenal dengan Kecamatan STTU Julu.Ranggar Jodi pergi
ke arah Utara dan membentuk Kerajaan yang bertempat di
Buku Tinambun dengan nama Kerajaan Jodi Buah Leuh dan
Nangan Nantampuk Emas,saat ini masuk Kecamatan STTU
Jehe.Mpu Bada pergi ke arah Barat melintasi Lae Cinendang
lalu tinggal di Mpung Si Mbentar Baju.Raja Pako pergi ke
arah Timur Laut membentuk Kerajaan Si Raja Pako dan
bermukim di Sicike-cike.Bata pergi ke arah Selatan dan
menikah kemudian hanya mempunyai seorang Putri yang
menikah dengan Putra Keturunan Tuan Nahkoda Raja.Dari
sini menurunkan marga Tinambunen,Tumangger,Maharaja,
Turuten,Pinanyungen dan Anak Ampun.Sanggir pergi ke arah
Selatan tp lebih jauh daripada Bata dan mmbentuk Kerajaan
di sana,dipercaya menjadi nenek moyang marga
Meka,Mungkur dan Kelasen.Suari Menikah dengan Putra Raja
Barus dan memdiam di Lebbuh Ntua.Marga Manik diturunkan
oleh Mpu Bada yang mempunyai 4 orang anak yaitu
:Tndang,Rea sekarang menjadi Banurea,ManikPermencuari
yang kemudian menurunkan marga Boang Manalu dan
Bancin.Asal-usul dan persebaran orang pakpak. Orang
Pakpak dapat dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan wilayah
komunitas marga dan dialek bahasanya, yakni (Berutu dan
Nurani, 2007:3–4):Pakpak Simsim, yakni orang Pakpak yang
menetap dan memiliki hak ulayat di daerah Simsim. Antara
lain marga Berutu, Sinamo, Padang, Solin, Banurea, Boang
Manalu, Cibro, Sitakar, dan lain-lain. Dalam administrasi
pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam
wilayah Kabupaten Pakpak Bharat.Pakpak Kepas, yakni orang
Pakpak yang menetap dan berdialek Keppas. Antara lain
marga Ujung, Bintang, Bako, Maha, dan lain-lain. Dalam
administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk
dalam wilayah Kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah
Pinem, Parbuluan, dan Kecamatan Sidikalang di Kabupaten
Dairi.Pakpak Pegagan, yakni orang Pakpak yang berasal dan
berdialek Pegagan. Antara lain marga Lingga, Mataniari,
Maibang, Manik, Siketang, dan lain-lain. Dalam administrasi
pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam
wilayah Kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan Kecamatan
Tiga Lingga di Kabupaten Dairi.Pakpak Kelasen, yakni orang
Pakpak yang berasal dan berdialek Kelasen. Antara lain
marga Tumangger, Siketang, Tinambunan, Anak Ampun,
Kesogihen, Maharaja, Meka, Berasa, dan lain-lain. Dalam
administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk
dalam wilayah Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Pakkat
(di Kabupaten Humbang Hasundutan), serta Kecamatan
Barus (di Kabupaten Tapanuli Tengah).Pakpak Boang, yakni
orang Pakpak yang berasal dan berdialek Boang. Antara lain
marga Sambo, Penarik, dan Saraan. Dalam administrasi
pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam
wilayah Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam).Meskipun oleh
para antropolog orang-orang Pakpak dimasukkan sebagai
salah satu subetnis Batak di samping Toba, Mandailing,
Simalungun, dan Karo. Namun, orang-orang Pakpak
mempunyai versi sendiri tentang asal-usul jatidirinya.
Berkaitan dengan hal tersebut sumber-sumber tutur
menyebutkan antara lain (Sinuhaji dan Hasanuddin,1999/
2000:16):Keberadaan orang-orang Simbelo, Simbacang,
Siratak, dan Purbaji yang dianggap telah mendiami daerah
Pakpak sebelum kedatangan orang-orang Pakpak.Penduduk
awal daerah Pakpak adalah orang-orang yang bernama
Simargaru, Simorgarorgar, Sirumumpur, Silimbiu, Similang-
ilang, dan Purbaji.Dalam lapiken/laklak (buku berbahan kulit
kayu) disebutkan penduduk pertama daerah Pakpak adalah
pendatang dari India yang memakai rakit kayu besar yang
terdampar di Barus.Persebaran orang-orang Pakpak Boang
dari daerah Aceh Singkil ke daerah Simsim, Keppas, dan
Pegagan.Terdamparnya armada dari India Selatan di pesisir
barat Sumatera, tepatnya di Barus, yang kemudian
berasimilasi dengan penduduk setempat.Berdasarkan sumber
tutur serta sejumlah nama marga Pakpak yang mengandung
unsur keindiaan (Lingga, Maha, dan Maharaja), boleh jadi di
masa lalu memang pernah terjadi kontak antara penduduk
pribumi Pakpak dengan para pendatang dari India. Jejak
kontak itu tentunya tidak hanya dibuktikan lewat dua hal
tersebut, dibutuhkan data lain yang lebih kuat untuk
mendukung dugaan tadi. Oleh karena itu maka pengamatan
terhadap produk-produk budaya baik yang tangible maupun
intangible diperlukan untuk memaparkan fakta adanya kontak
tersebut. Selain itu waktu, tempat terjadinya kontak, dan
bentuk kontak yang bagaimanakah yang mengakibatkan
wujud budaya dan tradisi masyarakat Pakpak sebagaimana
adanya saat ini. Untuk itu diperlukan teori-teori yang relevan
untuk menjelaskan sejumlah fenomena budaya yang ada.

No comments: