Tuesday, May 26, 2015

CERITA CINTA_JATUH DALAM PERMUKAAN DATAR

Dengan santai Revan terus
menuju sekolahnya sambil
mendengarkan lagu dari
earpotnya. Keasikanya terusik
ketika
tubuhnya dengan sempurna
mendarat ditanah akibat
ditabrak...
cewek..???
"Eh.. sory...sory.. gue nggak
sengaja" Kata cewek tersebut,
sambil menunduk meminta maaf,
eh salah ternyata dia
menunduk untuk mengambil
bukunya yang jatuh (-,-)
"Loe nggak papa kan...?" Katanya
bisa bangun sendiri, sory ya,
gue telat, da" sambungnya sambil
berlalu pergi meninggalkan
Revan yang masih terdampar
dengan tampang cengo. Dengan
mayun dia berdiri sambil

menepuk debu-debu yang
menempel
dibajunya. Umpatnya lirih
terlontar dari mulutnya, namun
begitu
berbalik tayang ulang terjadi
karena lagi-lagi pantatnya harus
kembali mencium aspal.
"Waduh nabrak lagi, sory beneran,
beneran gue tadi terlambat
soalnya ini hari pertama gue
masuk sekolah, gue lari nggak liat
elo, nabrak deh. Kalo yang
barusan ada batu ditengah jalan
berhubung mata dikepala
nyandung deh, makanya bisa
nabrak
elo, lagian gue emang punya
ma..."
"Diam loe..!" Bentak Revan yang
membuat cewek itu, mangap
tampa suara kayak di Puaus gitu.
Setelah mampu berdiri ia
segera berlalu pergi, rencananya
sih emang mau marah tapi tadi
matanya nggak sengaja melirik
jam ditangannya, sepuluh menit
lagi masuk kelas, sia-sia marah
cuma lima menit mubazir waktu
namanya.
Namun baru sepuluh langkah
sebuah teriakan
menghentikannya
yang membuat punggungnya
kembali tertabrak , syukurlah
paling tidak kali ini ia tidak
sampai terjatuh.
"Loe mau apa sih sebenarnya..?"
Geram Revan sambil berbalik.
"Eh.. gue." cewek itu tertunduk
sambil mengaruk-garuk
kepalanya yang tidak gatal, "Mau
nanya kalau SMA 1 jalanya
kemana ya...? belok kiri apa
kanan...? soalnya gue baru disini
jadi
gue nggak tau..?" Sambungnya
polos.
Kali ini Revan bener-bener kesel
sudah menabrak nggak jelas,
sekarang sok nanya alamat
segala. Tapi, he..he... sepertinya
otak
evilnya sedang berfungsi waktu
melihat penampilan cewek itu.
"Belok kiri jalan terus sampai
lingkungan belok kanan jalan aja
terus ." Sahun Revan sambil
tersenyum.
"Jalan aja terus sampai loe ketemu
pasar, rasain loe emang enak
dibikin nyasar" Guman Revan lirih
begitu cewek itu hilang
ditikungan. Dengan perasaan
puas ia melangkah kearah kiri.
Dalam hati ia tertawa akan
kebodohan cewek itu yang tidak
melihat kesamaan seragam
mereka yang memang sedikit
tersamarkan karena jaket yang
dikenakannya.
"Bruk..."
"Astaga.." keluh Revan sambil
mengusap-usap ujung bagunya
yang sedikit basah akibat kuah
baksonya yang tumpah karena
tubrukan dipunggungnya.
"eh maaf, tali sepatu gue lepas,
terus terinjak makanya bisa
hampir nubruk.."
"elo....!!!!"
Jerit keduanya serentak yang
mengagetkan seluruh
pengunjung
kantin yang memang sedang
rame-ramenya.
"Ya ampun Tifani kenapa harus
teriak segala. Dan elo Van kenapa
shcok gitu" Putus salsa.
"elo kan cowok kurang ajar yang
bikin gue tadi pagi nyasar"
geram Tifani dengan menunjuk
kearah tepat kewajah Revan.
"Dan elo cewek yang akan jatuh
saat berjalan diatas permukaan
datar" ledek Revan sinis.
"itukan bukan kemauan gue,
kalau harus bermasalah sama
keseimbangan tubuh, lagian
tadikan gue udah minta maaf saat
tabrakannya, kok elo malah bikin
nyasar, sekarang cepet minta
maaf."
"MInta maaf...? jangan mimpi"
balas Revan sebelum akhirnya
berlalu pergi.
Sejak insiden tersebut hubungan
mereka jadi tidak pernah akur,
yang sedikit banyak menarik
perhatian seisi sekolah.
"kenapa sih elo nggak pernah
akur sama Revan ..?" tanya Aulia
pada Tifani sambil duduk-duduk
dibangaun depan lapangan bola
basket depan sekolah.
"yah itukan bukan kemauan gue,
padahal tadinya gue pikir Revan
itu keren lho, apa lagi waktu
melihat senyumnya pertama kali,
cute banget"
Langkah kaki Revan langsung
terhenti. kepalanya menoleh,
sebuah senyum kembali terukir
dibibirnya mendengar kata-kata
yang baru saja tertangkap indra
pendengarannya.
"ketauan, loe naksir sama Revan
ya..?" Tebak Dini kuat.
"Eh enggak kok cuma....?!?!"
"Cuma apa....? hayo" ledek teman-
temannya yang lain, tampa
menunggu bantahan yang keluar
dari mulut TIfani, Revan lebih
memilih berlalu.
"What...? taruhan..? elo pengen
kita taruhan kalau elo bisa bikin
Tifani jatuh cinta sama elo. dan
bakalan elo putusin tepat dihari
ulang tahun loe yang cuman
tinggal dua minggu lagi...?" jerit
Doni setengah berteriak, tidak
percaya akan ide gila sahabatnya.
"ia gue bakalan bikin Tifani jatuh
cinta sama gue, dan gue putusin
didepan kalian semua, gimana...?
berani nggak...?
"elo beneran udah gila" kata Alan
menimpali, sementara Revan
hanya angkat bahu.
"kalian takut..?" tantangnya lagi.
"oke 5 juta deal..?" balan Doni
mengulurkan tangan
"Deal" sambung Revan mantab
dan tersenyum puas tampa
menyadari Benda persegi hitam
sedari tadi tetap vokus padanya.
"Kanapa sih setiap gue ketemu elo
selalu tertabrak...?" gerutu
Revan sambil menyentuh
kepalanya yang diperban.
"sory, tapi paling enggak kali ini
kan bukan karena gue". sahun
Tifani merunduk, walau rasa
bersalah sedikit menyentuhnya.
"nggak kok elo emang nggak
harus meminta maaf, justru
harusnya gue yang bilang
makasih secara elo udah
menyelamatkan gue, kalau nggak
pasti udah ketabrak mobil, lebih
parah lagi, untung aja ada loe
cepet menabrak gue jadi
sehingga
kepala gue cuma sedikit kebentur
batu, bukan tubuh gue yang
kelindas mobil.
"Tapikan gue emang niat nabrak
elo, bukan nggak sengaja
babarak, secara elo jalannya
melamun padahal udah jelas jelas
ada mobil yang melaju.
"Watever deh, yang jelas
makasih."
Tifani mengangguk
mendengarnya.
Sejak saat itu hubungan mereka
sedikitnya membaik jika tidak
mau dibilang akrab. Ditambah
kenyataan kalau mereka ternyata
bertetangga kerena keluarga
Tifani ternyata pindah tepat
didepan
rumahnya Revan sementara Tifani
bersahabat karib dengan Lara
adik kandungnya Revan.
Tak terasa dua minggu telah
berlalu Revan benar-benar galau
terbesit rasa ragu dihatinya akan
taruhannya. Apa lagi ia harus
dihadapkan pada kenyataan kalau
ia sudah terbiasa akan
kehadiran Tifani atau lebih
tepatnya ia merasa Tifani itu
menarik.
Istirahat siang nanti adalah
deadline taruhanya. Doni juga
sudah
juga sudah mengingatkan. setelah
memikirkan untung dan rugi
Revan sudah memutuskan dan
memantapkan hatinya. Sampai
berita dimading menghebohkan
seluruh penjuru sekolahnya.
Dengan langkah tergesa
diterobosnya gerombolan anak-
anak
shock saat mendapati berita yang
tertera disana.
"ini mustahil..!"
saat berbalik shock untuk kedua
kalinya begitu mendapati tatapan
datar Tifani yang terjajar lurus
padanya.
"Fan, ini tidak seperti yang elo
bayangkan
"Memang apa yang elo pikirkan
Takun shplis.
"elo pasti mikir kalau berita
dimading soal gue taruhan gue
sama
temen-temen guekan...? gue
nggak tau dari mana kata-kata itu
berasal, tapi gue akui kalau
awalnya itu semua emang benar,
gue
emang niat jadiin loe taruhan
sampai akhirnya ...?"
"akhirnya..?" tanya Tifani, karena
Revan masih terdiam.
"Akhirnya gue sadar kalau gue
beneran suka sama loe, dan gue
beneran pengen jadiin loe pacar
gue"
"O...?!"
"O...????!!!" Revan bingung akan
reaksi Tifani. Dengan cepat
ditahannya tangan Tifani sebelum
dia berlalu.
"Terus...?"
"Elo belum jawab pertanyaan gue"
"Oke gue mau jadi pacar loe"
"Elo nggak marah...?" tanya Revan
heran
"Enggak tapi gue mau kasi sarat
sebelum gue jadikan pacar
Kamu?
"syarat...? apa...?" tanya Revan
harap-harap cemas, yang lain
juga merasa penasaran
"syarat kalau loe nggak boleh
marah"
"Gue..? marah...? untuk...?"
"ini" balas Tifani sambil
menengadah tangan dan
memberi isyarat
kepada Doni untuk mendekat.
"Dasar payah loe Van," ledek Doni
sambil menyerahkan amplop
ketangan Tifani.
"Sepuluh jutakan..?" tanya Tifani
"Iya pas nggak kurang" balas Doni
terdengar nggak rela
sementara TIfani tertawa.
"Tunggu dulu ini sebenarnya
apa..? Terheran-heran" itu uang
apa..?"
"O... ini uang taruhan, jadi waktu
elo bikin taruhan ama temen-
temen loe, gue juga ada disana.
Foto dan biodata yang ada
dimading juga hasil jepretan gue,
tapi waktu itu gue tanggung
datangin temen-temen loe lepas
loe pergi, kita buat taruhan juga,
kalo loe manyatakan cinta maka
mereka bayar sepuluh juta"
"Ha...?!?!"Revan schok
"Jadi loe jadiin gue taruhan..?"
geram Revan
"Kan sama kek loe" balas Tifani
santai
"Jadi loe terima gue karena
taruhan...?" tanya Revan sedikit
kecewa.
"O.. tentu saja bukan karena itu"
"karna apa...?" tanya Revan tidak
sabar.
"Karena gue juga suka sama loe"
Mau tidak mau Revan juga
tersenyum simpul.
"Cuma..."
"Cuma apa...?"
"Cuma keknya tambah seru juga
secara sekali merayu dua tiga
pulau terlewati" kata Tifani sambil
mengipas-ngipaskan uang
diwajahnya.
"Tifani....!" nada suara Revan
benar-benar terdengar
menyeramkan apa lagi
senyumnya sudah menghilang
diwajahnya dan siap memangsa.
"O...O..." Tivani segera berbalik
pergi, Revan yang berlari
mengejarnya segera
menghentikan niatnya begitu
memandang
lurus kedepan kekaki Tifani yang
aneh. Sekali senyum kembali
terlihat dibibirnya.
"Tiga"
"Dua"
"Satu"
"Deal"
Tifani sukses jatuh dilantai akibat
menginjak tali sepatunya sendiri
saat simpulnya terlepas, hening
sejenak sebelum tawa meledak
mengisi seluruh penjuru sekolah.
"Ah ternyata elo tetap aja cewek
yang bakalan jatuh walaupun
berjalan dipermukaan datar"
Ledek Revan tampa mampu
menahan tawa.
"ha...ha....ha....."
.... The End ....

No comments: